Menperin-Hashim Bahas Pengembangan Plastik Biodegradable

apakabar.co.id, JAKARTA -Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita bersama dengan Utusan Khusus Presiden bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo membahas pengembangan plastik yang dapat terurai secara alami (biodegradable) melalui teknologi biotransformation.

Agus menerangkan teknologi tesebut menawarkan solusi konkret dalam menghadapi tantangan sampah plastik. Khususnya untuk sampah plastik sekali pakai.

“Dengan pendekatan yang ramah lingkungan, Indonesia berpotensi menjadi pelopor di kawasan regional dalam pengembangan dan penerapan plastik mudah terurai,” ujar Menperin Agus dalam pernyataan di Jakarta, Kamis (10/7).

Baca juga: Genjot Industri RI, Menperin Usul Anggaran Rp3,9 Triliun di 2026

Teknologi biotransformation ini memungkinkan plastik terurai secara alami dalam waktu yang relatif singkat, tanpa meninggalkan jejak mikroplastik maupun zat beracun. Keunggulan lainnya termasuk kemampuan untuk didaur ulang (recycleable), serta pengaturan waktu biodegradasi sesuai kebutuhan industri.

Menperin menekankan bahwa Kementerian Perindustrian akan menindaklanjuti kerja sama ini dengan menyusun roadmap dan rencana aksi penerapan teknologi ramah lingkungan tersebut. Langkah awalnya adalah dengan menyusun Rancangan Standar Nasional Industri (RSNI) untuk produk plastik yang mudah terurai.

“Kita perlu memastikan bahwa seluruh produk plastik dalam negeri ke depan dapat memenuhi standar lingkungan yang ketat. Ini tidak hanya penting untuk keberlanjutan, tetapi juga membuka peluang ekspor ke pasar global yang semakin peduli terhadap isu lingkungan,” ujarnya.

Baca juga: Wamenkop Pede Kopdes Merah Putih Dapat Tekan Angka Kemiskinan

Lebih lanjut, Kemenperin juga akan menyusun kebijakan pemetaan bahan baku potensial yang dapat digunakan untuk memproduksi plastik mudah terurai. Hal ini mencakup pembuatan peta jalan bahan baku serta pemetaan daerah-daerah sumber bahan nabati yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan industri, tanpa mengganggu ketersediaan pangan nasional.

“Riset terpadu antara bahan nabati untuk pangan dan industri sangat krusial. Kita tidak ingin terjadi benturan antara kepentingan ketahanan pangan dan keberlanjutan industri,” ujarnya.

Pihaknya juga membuka peluang pemberian insentif bagi pelaku industri yang mulai mengadopsi teknologi plastik ramah lingkungan, sebagai bagian dari strategi jangka panjang menuju transformasi industri hijau di Indonesia.

Dengan dukungan teknologi modern dan adanya kolaborasi lintas kementerian serta dari para pelaku industri, diharapkan Indonesia dapat mengurangi secara signifikan dampak lingkungan dari limbah plastik, sekaligus mendorong daya saing industri nasional di era ekonomi berkelanjutan.

6 kali dilihat, 6 kunjungan hari ini
Editor: Bethriq Kindy Arrazy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *