apakabar.co.id, SAMARINDA – Samarinda mendidih sejak dini hari. Senin (1/9) sekitar pukul 02.00 Wita, sebanyak 22 mahasiswa lintas fakultas Universitas Mulawarman (Unmul) digiring polisi dari Kampus FKIP Unmul, Jalan Banggeris. Mereka langsung dinaikkan ke mobil petugas dan dibawa ke Mapolres Samarinda.
Penangkapan ini disebut berkaitan dengan rencana aksi besar siang harinya di depan kantor DPRD Kaltim. Polisi menuding para mahasiswa tengah mempersiapkan unjuk rasa dengan barang bukti botol molotov. Pengacara publik LBH Samarinda, Irfan Ghazy, membenarkan bahwa seluruh yang ditangkap adalah mahasiswa Unmul. “Mereka sekarang sedang dalam proses pemeriksaan di Polres Samarinda,” ujarnya.
Samarinda mendidih sejak dini hari. Sebanyak 22 mahasiswa lintas fakultas Universitas Mulawarman digiring polisi dari kampus. Mereka langsung dinaikkan ke mobil petugas dan dibawa ke Mapolres Samarinda. | Senin | Ojol | Pati pic.twitter.com/dX0SFFlhl9
— Asian Value (@cerita0511_) September 1, 2025
Sementara itu, Aliansi Mahakam, gabungan mahasiswa dan organisasi masyarakat sipil, tetap bersiap menggelar demonstrasi di depan DPRD Kaltim. Upaya konfirmasi kepada Kapolda Kaltim Irjen Endar Priantoro dan Kabid Humas Kombes Pol Yulianto hingga kini belum berbalas. Pantauan terbaru, iring-iringan mahasiswa terlihat di sekitar markas Polresta Samarinda.
Kecaman Keras
Langkah kepolisian langsung menuai respons pedas. Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) menyebut penangkapan ini penuh kejanggalan dan sarat rekayasa. Terlebih, tidak ada penjelasan dari mana asal botol molotov yang dijadikan barang bukti. “Polisi asal menyisir mahasiswa di kampus tanpa memperjelas peran masing-masing. Logikanya konyol, tangkap dulu, alasan dicari belakangan,” tegas KIKA dalam pernyataannya.
KIKA juga menuding penangkapan ini sebagai taktik melemahkan aksi mahasiswa. Polisi menggelar konferensi pers sebelum pemeriksaan rampung, tepat menjelang demonstrasi dimulai. Jelas mencurigakan. “Bukan kebetulan operasi ini dilakukan sesaat sebelum aksi. Cara-cara menjebak seperti ini bukan hal baru, kekuasaan sudah terbiasa mengkambinghitamkan untuk membungkam perlawanan,” lanjut pernyataan itu.
Meski begitu, KIKA menegaskan penangkapan tidak akan menghentikan perlawanan. Aksi harus tetap berjalan. “Apa pun risikonya, termasuk intimidasi dan represi aparat, akan kita hadapi bersama. Kami menolak vandalisme dan perusakan fasilitas publik. Tapi kami juga menolak upaya kekuasaan membungkam gerakan dengan cara-cara kotor.