apakabar.co.id, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan bahwa kesepakatan mengenai masa depan TikTok di Amerika masih ‘di atas meja’. Hal ini disampaikan pada hari Rabu (9/4) waktu setempat, beberapa hari setelah batas waktu kesepakatan sempat ditunda.
Trump menjelaskan bahwa ada beberapa perusahaan besar dan pengusaha kaya yang tertarik mengambil alih operasional TikTok di AS. Namun, keputusan akhir masih menunggu perkembangan hubungan antara AS dan Tiongkok.
“Kami memiliki kesepakatan dengan beberapa pihak yang sangat baik, tetapi kami harus melihat bagaimana respons China,” kata Trump kepada wartawan.
TikTok, aplikasi video pendek yang digunakan oleh sekitar 170 juta warga Amerika, berada dalam tekanan sejak pemerintah AS meminta ByteDance, perusahaan induk asal Tiongkok, untuk melepaskan kepemilikan asetnya di AS. Trump sebelumnya telah memberikan dua kali penangguhan terkait pelarangan TikTok, yang semula dijadwalkan berlaku pada Januari.
Kini, tenggat waktu baru ditetapkan hingga 19 Juni. Jika tidak ada kesepakatan, maka larangan resmi akan diberlakukan.
Rencana kesepakatan tersebut mencakup pembentukan entitas baru yang berbasis di AS, yang akan dijalankan dan dimiliki mayoritas oleh investor Amerika. Tujuannya adalah untuk memisahkan operasi TikTok dari pengaruh pemerintah Tiongkok. Namun, rencana ini mendapat tentangan dari beberapa anggota parlemen.
Senator Demokrat Mark Warner dan Ed Markey menjelaskan bahwa Presiden Trump tidak memiliki kewenangan hukum untuk memperpanjang tenggat waktu tersebut. Warner juga menambahkan bahwa kesepakatan yang saat ini sedang dibahas, kemungkinan besar tidak memenuhi syarat hukum yang berlaku.
Sementara itu, upaya Ed Markey untuk memperpanjang tenggat waktu hingga Oktober ditolak oleh Senat.
Senator Tom Cotton dari Partai Republik juga menyuarakan kekhawatiran. Ia memperingatkan bahwa investor Amerika yang tertarik membeli TikTok harus benar-benar memutus hubungan bisnis dengan Tiongkok. Menurutnya, tidak boleh ada ‘kesepakatan setengah hati’ yang tetap membiarkan pengaruh Tiongkok di dalam aplikasi tersebut.
Hingga kini, TikTok belum memberikan tanggapan resmi mengenai perkembangan terbaru ini. Salah satu kendala utama adalah persetujuan dari pemerintah Tiongkok.
Bahkan, salah satu sumber dari investor ByteDance membeberkan bahwa negosiasi masih berlangsung, tetapi masalah tarif antara Washington dan Beijing harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum ada kesepakatan akhir.
Jika tidak ada perubahan, TikTok wajib menghentikan operasinya di AS paling lambat tanggal 19 Juni. Namun, situasi politik dan hukum yang berkembang bisa saja mengubah arah keputusan. Sementara itu, masyarakat dan investor menunggu kejelasan nasib aplikasi yang sangat populer tersebut di Amerika Serikat.