apakabar.co.id, JAKARTA – Pengamat politik Universitas Andalas menilai pragmatisme politik menghantui Partai NasDem bila menyatakan bergabung di parpol koalisi Prabowo-Gibran.
“NasDem mengambil pilihan yang pragmatis sekali bahwa pemilu sudah selesai, bagaimanapun dia memikirkan partainya lagi,” katanya seperti dilansir Antara, Selasa (26/2).
Berdasarkan pengamatannya, Partai NasDem saat ini tengah menunggu sikap dari PDIP dalam menggulirkan hak angket. Sebab, PDIP selaku parpol dengan suara terbanyak pemilu tahun menyetujui hak angket.
Kondisi itu yang membuat Partai NasDem mendukung total sikap PDIP sebagai sesama di kubu koalisi. Di sisi lain, jika PDIP berbalik masuk ke kubu koalisi, maka Partai NasDem juga dipastikan juga berubah haluan.
“NasDem akan memikirkan nasib partainya karena kalau hanya oposisi dipilih ‘kan selama ini orang tahu oposisi dalam konteks pemerintahan tidak mendapatkan apa-apa,” katanya.
Asrinaldi melanjutkan Partai NasDem harus setuju dengan beberapa hal jika akhirnya nanti setuju masuk dalam koalisi gemuk Prabowo-Gibran.
“Kalau NasDem masuk, ya berarti hasil pemilu harus diterima,” imbuhnya.
Hasil hitung sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengantongi perolehan suara 58,84 persen.
Di posisi dua ada pasangan calon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan perolehan suara sebanyak 24,46 persen dan pasangan calon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud Md dengan perolehan suara 16,7 persen di posisi terakhir.
Hasil hitung sementara itu dikutip dari situs resmi KPU https://pemilu2024.kpu.go.id/ pada Selasa pukul 13.34 WIB.