apakabar.co.id, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyampaikan industri bus dalam negeri memiliki prospek yang menjanjikan. Hal itu akan memperkuat daya saing sekaligus mendorong peningkatan nilai tambah ekonomi (economic value added/EVA).
Hal itu diungkap Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Putu Juli Ardika di Jakarta, Senin (22/7). Menurutnya, penjualan keseluruhan (wholesales pabrik ke diler) bus nasional naik hingga 140 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 6.227 unit pada 2023.
“Kami melihat industri bus memiliki prospek yang cerah di tahun 2024, tentunya hal ini menjadi hal yang menjanjikan para pelaku usaha bus di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, pada saat yang sama, penjualan ritel diler ke konsumen bus nasional turut tumbuh 59 persen secara tahunan (yoy) menjadi 5.369 unit. Pertumbuhan yang ekspansif tersebut membuat bisnis di sektor bus memiliki peluang besar untuk dikembangkan.
Putu menjelaskan hal itu dikarenakan kreativitas dan desain kerangka (karoseri) mobil bus buatan Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Hal itu juga telah diakui secara global karena memiliki harga yang kompetitif.
“Bus produksi karoseri Indonesia juga telah diterima di beberapa negara tujuan ekspor,” ujarnya.
Lebih lanjut, Putu menyampaikan, Kemenperin konsisten untuk terus mendorong kinerja sektor industri otomotif di tanah air. Termasuk dari segi peningkatan pasar dan penjualan mobil di dalam negeri.
Hal itu dikarenakan industri otomotif merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan karena mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional.
“Industri alat angkut menjadi motor utama pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) industri pada tahun 2023 dengan pertumbuhan sebesar 7,63 persen atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor industri secara keseluruhan. Pertumbuhan industri alat angkut tersebut tidak terlepas dari kontribusi sektor otomotif,” terang Putu.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan insentif pajak penjualan barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP) bisa menjadi solusi untuk mengatasi stagnasi pasar mobil sehingga mendorong penjualan.
Insentif fiskal telah berhasil meningkatkan penjualan kendaraan dalam negeri sebanyak 113 persen dalam periode Maret-Desember 2021. Sementara pada Januari-Mei 2022, program tersebut sukses meningkatkan penjualan hingga mencapai 95 ribu unit.