apakabar.co.id, JAKARTA – Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) tak lagi sekadar tempat bermain anak. Pemerintah kini mendorong agar RPTRA juga berperan sebagai sarana pengembangan kreativitas serta pemberdayaan ekonomi masyarakat di tingkat akar rumput.
Hal ini mengemuka dalam pertemuan antara Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar dan Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan dengan perwakilan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Marunda.
Menurut Irene, literasi tidak hanya soal kemampuan membaca, tetapi juga soal membangun imajinasi dan kreativitas sejak usia dini. RPTRA dinilai bisa menjadi jembatan antara dunia anak-anak dan dunia kreatif lokal.
“Ketika ruang baca di RPTRA terhubung dengan karya lokal seperti komik, board game, atau cerita rakyat, di situlah kita membentuk ekosistem yang mencerdaskan sekaligus menggerakkan ekonomi kreatif dari akar rumput,” ujar Irene dalam pertemuan yang berlangsung di Jakarta, Senin (23/6).
Senada dengan itu, Veronica Tan menegaskan pentingnya RPTRA sebagai ruang yang tidak hanya aman dan menyenangkan, tapi juga hidup dan mampu membentuk karakter anak. Menurutnya, RPTRA yang baik harus menghadirkan lingkungan yang inklusif dan berkelanjutan.
“Jika literasi, kreativitas, dan nilai-nilai kekeluargaan bisa tumbuh dari lingkungan sekitar, maka RPTRA bukan hanya ruang bermain, tapi ruang pembentukan masa depan. Ini adalah investasi sosial jangka panjang,” kata Veronica.
Sebagai langkah awal pengembangan, pemerintah akan menggelar rangkaian kegiatan komunitas di RPTRA Marunda mulai Juli 2025, tepat setelah peringatan Hari Anak Nasional. Kegiatan ini akan mencakup penyediaan pojok baca tematik, ruang permainan tradisional, serta permainan edukatif berbasis cerita lokal yang diharapkan dapat menumbuhkan minat baca dan daya kreasi anak-anak.
Namun, tantangan tetap ada. Perwakilan UPRS Marunda mengungkapkan bahwa fasilitas perpustakaan di RPTRA masih jauh dari ideal. Luas ruang baca hanya sekitar 2×2 meter, koleksi buku terbatas dan jarang diperbarui, serta kegiatan yang berlangsung belum banyak.
Meski begitu, warga terus berupaya memaksimalkan fungsi RPTRA. Beberapa kegiatan seperti ruang kreatif, koperasi sampah, bank minyak jelantah, budidaya hidroponik, hingga kelas Bahasa Inggris telah dijalankan secara swadaya.
Melalui kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan keterlibatan aktif masyarakat, RPTRA diharapkan dapat tumbuh menjadi ruang yang lebih berdaya guna. Fokus utamanya adalah menghadirkan konten lokal, memperkuat literasi, serta mendorong partisipasi warga.
Ke depan, RPTRA diharapkan berkembang dari sekadar taman bermain menjadi pusat pembelajaran, kreativitas, dan penguatan ekonomi keluarga. Ini bukan hanya soal ruang fisik, tapi juga tentang membuka jalan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak dan komunitas di sekitarnya.