Opini  

[OPINI] Suara Tak Sah Menang, Sejarah Akan Mencatat

Warga menyempilkan surat kaleng di salah satu TPS Banjarbaru. Foto: Kompas

Suara tak sah berhasil memenangi Pilkada Banjarbaru. Inilah Pilkada aneh bin Ajaib.

Oleh: Noorhalis Majid

SAYA pastikan, sejarah kelak akan mencatat, inilah Pilkada paling membingungkan – paling aneh bin ajaib di dunia, di mana tidak ada alternatif bagi warga memberikan suaranya. Hanya ada dua kemungkinan, memilih 01 atau suara dianggap tidak sah. Seperti final pertandingan, 01 VS Suara tidak Sah.

Banyak yang hopeless, terasa percuma datang ke TPS. Untuk apa KPU dan seluruh penyelenggara dibayar mahal, kalau kerjanya justru mematikan demokrasi. Kenapa tidak sekalian saja langsung pelantikan? Tidak perlu ada Pilkada yang menguras waktu, tenaga dan biaya?

Saya tidak berkepentingan pada siapapun yang akan menang atau terpilih, saya berkepentingan menyuarakan prinsip-prinsip demokrasi yang memberi hak bagi semua orang secara setara, jujur dan adil memberikan suaranya.

Tidak boleh ada perampasan dan pembungkaman hak atas nama apapun, apalagi menggunakan institusi demokrasi bernama penyelenggara pemilu, untuk membunuh demokrasi itu sendiri.

Demokrasi ditemukan masyarakat modern, sebagai cara paling beradab mempergilirkan kekuasaan. Kalau demokrasi tidak ditemukan, mungkin saja pergiliran kekuasaan dilakukan dengan cara saling membunuh, sebagaimana dilakukan Ken Arok pada Tunggul Ametung dan banyak contoh lainnya, di mana kekuasaan dipergilirkan dengan laku kekerasan. Tentu kita bukan seperti itu, kita sangat beradab dan modern.

Karenanya jangan buat demokrasi menjadi barbar kembali. Bahkan seharusnya dirancang, dibuat dan dipraktikkan secara semakin modern dan canggih, agar demokrasi yang tidak final tersebut semakin sempurna.

Sekarang, segala yang terjadi di ujung kampung yang “diunjut”, informasinya dapat diakses di seluruh dunia. Apalagi praktik ini terjadi di pusat Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan, kota dengan masyarakat terpelajar dan berpendidikannya tertinggi se-Kalimantan Selatan, tentu semua yang terjadi menjadi rujukan, menjadi contoh, suri tauladan, menjadi referensi dalam menjalankan demokrasi. (*)

Penulis adalah Ketua Forum Ambin, komunitas para aktivis, akademisi, mantan pejabat pro-demokrasi di Kalimantan Selatan. Penulis juga Ketua Ombusdman Kalsel periode 2015-2020.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kabarin Lah! (@kabarinlahh)

53 kali dilihat, 6 kunjungan hari ini
Editor: Fariz Fadillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *