EKBIS

Hadapi 'Shutdown' AS, Kadin Fokus Jaga Kapasitas Produksi

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie. Foto: Antara
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie. Foto: Antara
apakabar.co.id, JAKARTA - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie mengatakan dunia usaha fokus menjaga kapasitas produksi dan ekonomi menyusul penutupan pemerintahan (government shutdown) Amerika Serikat (AS).

“Yang penting kita fokus saja untuk memastikan kapasitas kita tetap baik buat (produksi) alas kaki, tekstil, garmen, karena ternyata hal (produksi) yang sama itu yang mau digunakan (untuk pasar) ke Uni Eropa dan Kanada,” kata Anindya saat ditemui di Jakarta, Sabtu (11/10).

Selain itu, pria yang akrab disapa Anin itu mengatakan government shutdown seperti ini bukanlah yang pertama kali terjadi di AS.
Ia menambahkan pemerintahan AS tidak sepenuhnya lumpuh, mengingat masih ada sejumlah aktivitas atau kegiatan perekonomian dan perdagangan Negeri Paman Sam terus berjalan dengan negara-negara lain.

“(Government shutdown) Itu bukan yang pertama kali. Ternyata dari waktu ke waktu di setiap presiden ada saja (government shutdown). Memang cara mereka bekerja rupanya begitu,” kata Anin.

Selain itu, Anin menambahkan, Indonesia juga berupaya untuk membuka pasar ekspor baru seiring dengan berbagai tantangan global, termasuk government shutdown hingga perang dagang antara AS dan China.

“Yang paling penting adalah bagaimana tetap kita memonitor, menyikapinya, tapi juga membuka pasar-pasar alternatif, (contohnya) kita juga membuka dengan Kanada dan Uni Eropa,” ujar Anin.\
Sebelumnya, pemerintah federal AS memasuki masa penutupan (shutdown) pada Rabu (1/10) menyusul perpecahan di Kongres untuk meloloskan rancangan undang-undang (RUU) pendanaan.

Hal itu menandai penutupan pemerintahan pertama dalam hampir tujuh tahun terakhir.

Konsekuensinya, ratusan ribu pegawai federal harus mengambil cuti tanpa gaji, sejumlah layanan publik kemungkinan ditangguhkan atau ditunda, dan rilis data ekonomi mungkin juga akan terdampak.

Shutdown dimulai beberapa jam setelah Senat AS gagal meloloskan RUU pendanaan jangka pendek yang memungkinkan pemerintahan tetap berjalan untuk sementara waktu.