apakabar.co.id, CIANJUR – Menjelang Lebaran Haji atau Iduladha, permintaan songkok khususnya peci rajut buatan warga Kampung Kujang, Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur meningkat drastis dibandingkan hari-hari biasanya.
Saking tingginya permintaan, peci rajut itu berhasil menembus pasar di luar provinsi bahkan luar negeri. Sejauh ini, penjualannya kian marak sampai ke Surabaya hingga Malaysia.
Perajin peci rajut Dendi Junaedi kepada apakabar.co.id menuturkan, penjualan peci rajut saat ini mengalami peningkatan drastis. Peningkatannya mencapai 40 persen dibanding hari-hari biasa. Peningkatan itu diperkirakan akan terus terjadi dalam sepekan menjelang lebaran haji atau Iduladha.
“Tergantung pesanan ya, kalau pesan 50 ya 50, pesen 100 ya 100. Kalau kita misalkan gak ada yang ready ya kita ambil waktu aja, PO aja berapa hari gitu sanggupnya, kita sampai 100 kodi atau berapa tergantung pesanan aja,” jelasnya saat ditemui di kediamannya di Cianjur, Minggu (26/5)
Peci rajut tersebut, kata Dendi, dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp10 ribu hingga Rp20 ribu untuk yang eceran. Sementara untuk kodian, ia membanderol Rp65 ribu hingga Rp140 ribu.
“Jadi untuk harga sesuai kualitas bahan pecinya lebih bagus lebih tebal. Saya harap penjualannya terus meningkat hingga lebaran haji nanti,” paparnya.
Pada kesempatan itu, Dendi menuturkan, awalnya ia bekerja di sebuah toko konveksi sweater di Bandung selama dua tahun. Dendi terpaksa keluar karena menerima tawaran bekerja dengan pamannya untuk membuat peci rajut.
Setelah mengetahui segala teknik pembuatan peci rajut, Dendi diminta sang paman agar membuka usaha tersebut di rumahnya. Dari situ, ia memulai usaha berjualan peci rajut.
“Saya langsung belanja benangnya, bahan lainnya dan juga mesinnya satu. Yang awalnya memiliki satu mesin sekarang sudah tujuh mesin manual dan karyawan,” tuturnya.
Pembuatan peci rajut ternyata tak terasa telah menjadi bidang usaha yang digelutinya selama kurang lebih 20 tahun. Kegiatan itu pula yang telah mencukupi kebutuhan keluarga Dendi selama ini, termasuk menyekolahkan anak-anaknya.
Untuk keperluan produksi, Dendi menuturkan, sebagian bahan pembuatan peci didapat dari bahan limbah garmen yang dikirim dari Bogor, Tangerang hingga Pekalongan.
“Ini usaha ini sudah 20 tahunan. Iya yang fokus ke peci saya yang paling lama di sini, kalau untuk usaha bikin peci rajut saya yang paling lama,” tandasnya.