SPORT

Dua Insiden Guncang Citra Indonesia, Erick Thohir Minta PSSI Introspeksi

Ketum PSSI Erick Thohir saat memberikan perkembangan terbaru mengenai sepak bola Indonesia di Media Center Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (24/10). Foto: PSSI
Ketum PSSI Erick Thohir saat memberikan perkembangan terbaru mengenai sepak bola Indonesia di Media Center Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (24/10). Foto: PSSI
apakabar.co.id, JAKARTA — Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa proses mencari pelatih baru Tim Nasional Indonesia tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa. Ia menyebut, langkah pertama yang jauh lebih penting adalah memulihkan kembali kepercayaan komunitas sepak bola internasional terhadap Indonesia.

Menurut Erick, citra sepak bola Indonesia sempat terguncang oleh dua peristiwa besar yang berimbas pada reputasi di mata dunia. Pertama, pengakhiran kerja sama lebih awal dengan tim kepelatihan Patrick Kluivert dan stafnya setelah kegagalan di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. 

Keputusan tersebut menuai kritik tajam di media sosial internasional, bahkan menimbulkan kesan buruk soal stabilitas manajemen tim nasional.


Peristiwa kedua yang tak kalah serius, kata Erick, adalah menyebarnya berita palsu di sejumlah media nasional yang menyebut Jepang, Korea, dan Irak keluar dari keanggotaan AFC. Berita hoaks itu tidak memiliki sumber yang jelas, namun viral di media sosial dan menjadi perhatian serius media asing serta pejabat AFC.

“Yang pasti, tidak mudah dan tidak bisa buru-buru mencari pelatih karena kondisi ini. Saya harus sosialisasi ke sepak bola internasional tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan berusaha meraih kembali kepercayaan komunitas sepak bola dunia terhadap kita,” ujar Erick Thohir dalam konferensi pers di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (24/10).

Erick mengakui, dampak reputasional dari dua kejadian itu sangat terasa. Delegasi Indonesia yang dipimpin Sekjen PSSI Yunus Nusi bahkan harus menghadapi banyak pertanyaan dari anggota dan media AFC saat menghadiri AFC Awards di Riyadh, Arab Saudi, pekan lalu.

“Teman-teman media harus tahu, di Riyadh kami benar-benar dicecar pertanyaan soal berita itu. Media AFC dan beberapa anggota konfederasi heran kenapa ada pemberitaan tidak benar yang seolah-olah resmi dari Indonesia,” ungkap Erick seperti yang dikabarkan Yunus Nusi.

Erick menilai, dua peristiwa itu menjadi peringatan keras bahwa reputasi sepak bola tidak hanya dibangun melalui performa di lapangan, tetapi juga lewat integritas, komunikasi, dan profesionalisme.

Ia meminta semua pihak, termasuk media, untuk bersama menjaga kredibilitas pemberitaan agar tidak menimbulkan kerugian bagi sepak bola nasional.

“Kesalahan berita bisa menghancurkan citra kita. Dunia sepak bola internasional sekarang sangat sensitif terhadap isu integritas dan profesionalitas. Ini pelajaran bagi semua pihak,” tegasnya.

Erick menegaskan bahwa pemilihan pelatih baru Timnas Indonesia akan dilakukan secara hati-hati dan bertahap. Ia ingin memastikan bahwa langkah ini diambil dalam situasi yang kondusif dan setelah reputasi Indonesia kembali membaik di mata dunia.


“Saya tidak mau asal cepat menunjuk pelatih. Kita harus bangun dulu kembali kepercayaan itu secara bertahap. Kalau sudah kuat, baru kita akan bicara soal siapa yang paling tepat melatih tim nasional,” ujarnya.

Lebih lanjut, Erick menyebut bahwa langkah diplomasi dan komunikasi internasional kini menjadi prioritas PSSI dalam beberapa minggu ke depan. Ia juga menegaskan komitmennya untuk memastikan seluruh jajaran PSSI belajar dari pengalaman ini agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

“Kita harus sadar, kepercayaan internasional tidak datang begitu saja. Kita harus jaga, kita bangun dengan kerja nyata dan komunikasi yang benar. Kalau kita mau dihormati, kita juga harus profesional,” tutup Erick.