Legenda Bulutangkis Pantau Bibit Muda di Audisi Umum PB Djarum 2025
Sport  

Legenda Bulutangkis Pantau Bibit Muda di Audisi Umum PB Djarum 2025

Legenda bulutangkis Indonesia memantau langsung Audisi Umum PB Djarum 2025 di GOR Djarum Jati, Kudus, Jawa Tengah. Foto: istimewa

apakabar.co.id, JAKARTA – Sebanyak 1.729 peserta dari berbagai penjuru Tanah Air beradu skill, mental, dan daya juang dalam Audisi Umum PB Djarum 2025 di GOR Djarum Jati, Kudus, Jawa Tengah.

Ajang ini bukan sekadar kompetisi mencari bibit unggul, melainkan pilar penting dalam memastikan estafet kejayaan bulutangkis Indonesia terus menyala.

Audisi Umum yang berlangsung dari 9 hingga 12 September ini terasa makin spesial karena dihadiri langsung oleh sederet legenda bulutangkis Indonesia.

Nama-nama besar seperti Hendrawan, Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad, Mohammad Ahsan, Shesar Hiren Rustavito, hingga Vita Marissa duduk di tribun pencari bakat, menyaksikan tiap reli sengit dan setiap pergerakan pebulutangkis belia yang bermimpi menjadi juara dunia.

Ketua PB Djarum sekaligus Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, menegaskan bahwa audisi umum adalah komitmen jangka panjang untuk melahirkan generasi baru bulutangkis Indonesia.

“Atlet muda adalah denyut nadi masa depan bulutangkis kita. PB Djarum membuka pintu selebar-lebarnya bagi anak-anak yang punya mimpi besar. Tugas kami adalah menempanya menjadi pahlawan bulutangkis,” ujar Yoppy.

Ketua Tim Pencari Bakat Audisi Umum PB Djarum 2025, Sigit Budiarto menuturkan terdapat dua elemen inovasi yang dilakukan pada Audisi Umum tahun lalu yang kembali diterapkan di tahun ini, yakni kelompok usia dan tahap screening.

Ia menilai bahwa terobosan tersebut masih relevan untuk para peserta mengerahkan seluruh kemampuan sepanjang rangkaian seleksi bergulir, karena bertemu dengan lawan sepadan berdasarkan usia.

Selain itu, sistem ini memungkinkan Tim Pencari Bakat yang terdiri dari para legenda bulutangkis Indonesia untuk menyeleksi lebih seksama sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

“Fokus pada kelompok usia yang lebih muda, yaitu U-11 hingga KU 12 adalah langkah strategis. Pada usia ini, bakat alami dan potensi seorang atlet terlihat paling murni yang punya DNA juara, teknik, daya juang, karakter kuat, dan kecerdasan bermain,” papar Sigit.

Koordinator Tim Pencari Bakat Atlet Putra sekaligus Manajer Tim PB Djarum, Fung Permadi, berpendapat bahwa persaingan di sektor putra kini semakin menuntut kesempurnaan fisik dan kecepatan.

“Tugas kami bukan hanya melihat siapa yang menang atau kalah, tetapi bagaimana mereka bermain. Kami memperhatikan footwork, feel pukulan yang baik, kecerdasan di lapangan, cara mereka memegang raket, hingga ketenangan saat berada di bawah tekanan,” tegas Fung.

Koordinator Tim Pencari Bakat Atlet Putri, Yuni Kartika menyampaikan bahwa dalam Audisi Umum PB Djarum tahun ini, kriteria utama yang dibidik untuk sektor putri adalah postur tubuh yang ideal.

Menurut peraih Uber Cup 1994 itu, faktor fisik menjadi sangat penting agar para atlet mampu bersaing di level internasional. Mengingat banyak lawan dari luar negeri memiliki keunggulan pada aspek tersebut, selain kemampuan teknik permainan.

“Postur fisik akan mendapat perhatian besar, kecuali atlet memiliki bakat yang benar-benar luar biasa. Jika kemampuannya tergolong standar, maka kami tetap memprioritaskan faktor postur, khususnya tinggi badan atau potensi untuk tumbuh tinggi. Aspek lain yang turut menjadi pertimbangan tentu saja mencakup talenta, mentalitas, dan kecerdikan dalam membaca pertandingan,” jelas Yuni.

Puncak euforia Audisi Umum tahun ini adalah penganugerahan Hall of Fame PB Djarum kepada Mohammad Ahsan dan Shesar Hiren Rustavito.

Kedua atlet yang resmi bergabung dengan PB Djarum sejak 2007 itu telah menorehkan deretan prestasi dunia, termasuk Juara Thomas Cup 2020–2021.

“Penghargaan ini sangat berarti. PB Djarum adalah rumah yang membentuk saya menjadi atlet dan pribadi seperti sekarang,” ucap Ahsan yang gantung raket Januari lalu.

Bagi Vito, penghargaan ini menjadi pengingat perjuangan panjangnya. “Masuk Hall of Fame adalah mimpi jadi nyata. Saya ingin adik-adik peserta audisi memanfaatkan kesempatan emas ini. Kalah atau menang bukan segalanya, yang penting semangat juang,” tuturnya.

Sesi meet and greet bersama Ahsan dan Vito menjadi magnet tersendiri. Anak-anak peserta berebut tanda tangan dan foto bersama idola mereka, menciptakan suasana hangat yang penuh inspirasi.

 

13 kali dilihat, 3 kunjungan hari ini
Editor: Raikhul Amar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *