SPORT
Perjuangan Kickboxing Indonesia di SEA Games 2025: Manajer Dideportasi, Atlet Diintimidasi Tanpa Perlindungan
apakabar.co.id, JAKARTA – Di balik prestasi atlet kickboxing Indonesia pada ajang SEA Games Thailand 2025, tersimpan rangkaian peristiwa yang memicu polemik serius.
Manajer Tim Nasional Kickboxing Indonesia, Rosi Nurasjati, akhirnya buka suara dan menyampaikan klarifikasi panjang atas tuduhan, tekanan, hingga deportasi yang menimpanya selama mendampingi tim Merah Putih.
Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Kamis (18/12), Rosi menegaskan bahwa seluruh program pemusatan latihan nasional (Pelatnas), training camp, hingga try out internasional tim kickboxing Indonesia berjalan sesuai prosedur hukum dan administrasi negara. Ia menampik keras tuduhan bahwa tim diberangkatkan secara ilegal.
“Tidak ada satu pun perjalanan yang kami lakukan tanpa izin. Semua dilengkapi dokumen resmi, mulai dari Invitation Letter, Surat Keputusan induk organisasi, hingga izin Sekretariat Negara,” ujar Rosi.
Ia menjelaskan, program internasional tim kickboxing Indonesia mencakup berbagai negara, termasuk Uzbekistan dan Kyrgyzstan, serta kejuaraan dunia. Setiap perubahan jadwal dan lokasi, kata dia, selalu dituangkan dalam adendum yang telah disetujui Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Masalah mulai mencuat ketika Rosi menerima surat penangguhan (suspend) dari WAKO Asia yang memuat total 17 tuduhan. Tuduhan tersebut meliputi dugaan membawa tim secara ilegal, penggunaan dokumen palsu, hingga pencemaran nama organisasi.
“Tuduhan itu sangat kejam. Saya dirugikan secara moral dan materiil. Semua yang dituduhkan tidak benar dan tidak pernah dibuktikan,” tegasnya.
Akibat surat suspend tersebut, Rosi dilarang mengikuti seluruh kegiatan internasional, termasuk mendampingi tim kickboxing Indonesia di SEA Games. Padahal, menurutnya, status administratifnya sebagai manajer tim masih tercatat secara resmi.
Dugaan Kekerasan Verbal dan Deportasi
Rosi juga mengungkap pengalaman tidak menyenangkan dalam pertemuan daring dengan Presiden WAKO Asia. Ia mengaku mendapatkan perlakuan kasar dan dimaki-maki secara verbal.
“Saya dimarahi, dibentak, dan diperlakukan tidak manusiawi. Bagi saya ini bentuk kekerasan verbal, apalagi saya perempuan,” ungkapnya dengan suara bergetar.
Puncak persoalan terjadi saat SEA Games berlangsung di Thailand. Rosi mengaku dihadang aparat keamanan, kartu identitasnya dirampas, dan akhirnya dideportasi.
Ia menegaskan, selama di Thailand dirinya tidak mengikuti manager meeting, technical meeting, maupun penimbangan atlet.
“Saya hanya berada di hotel untuk mendampingi atlet secara moral. Tapi perlakuan yang saya terima seperti penjahat,” katanya.
Dampak deportasi tersebut dirasakan langsung oleh para atlet. Sejumlah atlet kickboxing Indonesia mengaku kehilangan pendamping manajer dan perwakilan NOC Indonesia saat bertanding.
Akibatnya, mereka kesulitan mengajukan protes ketika merasa dirugikan oleh keputusan wasit.
“Kami bingung harus mengadu ke siapa. Tidak ada manajer, tidak ada NOC. Saat kami merasa dicurangi, tidak ada yang membela,” ujar atlet Andi Mesyara Jerni Maswara, yang mendapatkan medali perunggu di SEA Games 2025.
Bahkan, ia mengaku mengalami intimidasi, termasuk ancaman tidak diperbolehkan naik podium untuk penyerahan medali apabila tidak menghapus unggahan kritik di media sosial.
Bukan hanya itu, peraih medali emas SEA Game 2023, Toni Kristian Hutapea, juga mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan ketika akan melakukan timbang badan.
Atlet asal Sumatera Utara (Sumut) itu mengaku selalu didorong dan mendapatkan intimidasi melalui kata-kata yang kurang pantas oleh pihak penyelenggara. Hal tersebut sempat membuatnya kesal, meski akhirnya bisa direndam.
Tuntutan Perlindungan Atlet
Dengan semua kejadian itu, Rosi tak ingin menyalahkan siapapun dan tidak menyerang pihak tertentu, melainkan untuk meluruskan fakta yang sempat dituduhkan ke dirinya. Padahal, ia hanya ingin memperjuangkan hak atlet berjuang membela nama Indonesia.
“Kami datang membawa nama bangsa. Yang kami minta hanya keadilan, perlindungan, dan rasa hormat bagi atlet dan ofisial Indonesia,” pungkasnya.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari otoritas olahraga nasional terkait tuduhan, deportasi, dan kesaksian para atlet tersebut.
Di balik medali yang diraih di SEA Games, polemik ini membuka pertanyaan besar tentang perlindungan atlet dan tata kelola olahraga nasional di level internasional.
Editor:
RAIKHUL AMAR
RAIKHUL AMAR

