apakabar.co.id, JAKARTA – Center of Economics and Law Studies (Celios) mengingatkan agar proses pengembangan atau ekspansi koperasi desa (Kopdes) Merah Putih harus bertumpu pada kualitas portofolio serta likuiditas yang sehat.
Peneliti Ekonomi Celios, Rani Septyarini menerangkan jika skema koperasi merah putih dipaksakan tanpa adanya penilaian risiko yang matang, maka lonjakan kredit bisa berubah menjadi tekanan cadangan kerugian yang kemudian akan menggerus ekuitas.
Selain itu, kinerja koperasi selama delapan tahun terakhir dari sisi aset dan volume usaha terus meningkat. Namun, masih banyak koperasi yang tergolong industri ultramikro dan mikro.
“Sebesar 59,42 persen koperasi kita memiliki omzet di bawah Rp300 juta per tahun. Ekspansi koperasi harus bertumpu pada kualitas portofolio serta likuiditas yang sehat,” katanya di Jakarta, Senin (21/7).
Baca juga: CORE: Keuangan Kopdes Merah Putih Harus Transparan
Baca juga: Waspada Bahaya Populisme Program Kopdes Merah Putih
Sementara itu, Direktur Ekonomi Celios Nailul Huda menyatakan ada potensi penyalahgunaan dana pinjaman koperasi merah putih yang masif karena membuka celah korupsi baru.
Karena itu, pemerintah bisa memanfaatkan badan usaha yang ada di desa, termasuk BUMDes dan badan usaha swasta untuk pembangunan desa yang berkelanjutan.
“Stimulus fasilitas kredit bagi koperasi yang eksisting dan berkinerja baik, sehingga pengembangan koperasi tidak mengorbankan koperasi dan badan usaha yang sudah ada,” katanya.
Adapun dalam risetnya, Celios menyoroti ada potensi risiko gagal bayar yang dapat mencapai Rp85,96 triliun selama enam tahun masa pinjaman, yang membebani pemerintah desa sebagai penanggung jawab.