apakabar.co.id, JAKARTA – Ekonom senior sekaligus pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J. Rachbini menerangkan dualisme yang terjadi di tubuh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia akan berpotensi pengaruhi pertumbuhan perekonomian RI.
Terlebih, presiden dan wapres terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah menargetkan pertumbuhan perekonomian sebesar 8 persen di periode pemerintahan mendatang.
“Di jaman Jokowi, ekonomi tidak bisa didorong 6-7 persen walau janji 7 persen. Sekarang ekonomi China terpuruk, eksternal krisis, Kadin konflik. Jadi saya kira presiden terpilih kalau bisa intervensi positif jangan intervensi negatif seperti Jokowi,” katanya kepada apakabar.co.id di Jakarta dikutip Kamis (19/9).
Didik memaparkan kondisi perekonomian China saat ini juga sedang melambat di kisaran 4-5 persen. Negara tersebut selama ini merupakan salah satu negara tujuan ekspor terbesar dari Indonesia. Kondisi tersebut juga akan turut memengaruhi turunnya nilai ekspor Indonesia.
Baca juga: Ada Jokowi di Balik Dualisme Kadin
Baca juga: Ekonom Senior Sebut Dualisme Kadin Akibat Operasi Senyap Penguasa
Di sisi lain, kata Didik, dualisme Kadin akan membuat sektor industri di dalam negeri akan semakin terpuruk. Terlebih saat ini pertumbuhan sektor industri terpuruk di angka 3-4 persen. Angka tersebut menurutnya membuat pertumbuhan ekonomi akan sulit terkerek.
“Karena semua industri itu ada di tangan orang-orang Kadin seperti industri tekstil, industri kayu, industri spare part. Kalau mereka bercakar-cakaran maka investasi dari luar tidak akan datang dan menjadi,” paparnya.
Karena itu, bila dualisme Kadin ini berlarut hingga pelantikan pemerintahan selanjutnya, Didik menyarankan agar Prabowo turun langsung melakukan intervensi secara positif. Hal itu perlu dilakukan agar kedua kubu dapat kembali bersatu dan berkonsolidasi.
Kepada apakabar.co.id, Didik meyakini Prabowo merupakan figur yang tak mudah didikte oleh siapapun. Karena itu, Prabowo perlu berkepentingan untuk mendamaikan Kadin kembali guna memuluskan target pertumbuhan ekonomi 8 persen.
“Kalau Prabowo membiarkan maka Prabowo bisa menjadi korban dan pertumbuhan ekonomi bisa berkutat 4-5 persen dan mustahil dicapai. Selain hutang hampir Rp10.000 triliun, ditambah beban dualisme Kadin,” ujar pria yang juga Rektor Universitas Paramadina tersebut.
Baca juga: Kadin Buka Ruang Dialog dengan Peserta Munaslub
Baca juga: Jokowi Minta Selesaikan Dualisme Kadin secara Internal
Senada, ekonom senior dan pendiri INDEF, Didin S. Damanhuri juga sepakat bila kemelut yang terjadi di Kadin berkepanjangan, presiden terpilih Prabowo Subianto sebaiknya sudah mulai turut memikirkan penyelesaian dualisme di tubuh Kadin.
Selain untuk memuluskan target pertumbuhan ekonomi 8 persen, Prabowo juga perlu mengembalikan budaya demokrasi di tubuh Kadin. Bila hal itu dilakukan dengan baik, menurut Guru Besar IPB ini akan menjadi preseden baik dalam kehidupan demokrasi yang terjadi di internal parpol dan ormas.
“Padahal intinya lebih wajar lagi kehidupan demokrasi dipulihkan dan ada pihak yang bekerja di luar pemerintahan untuk melakukan check and balances itu bagus,” pungkasnya.