apakabar.co.id, JAKARTA – Milenial dan Generasi Z diprediksi bakal lebih cepat miskin daripada generasi sebelumnya. Ada dua alasan yang membuat dua jenjang generasi ini jadi cepat miskin.
Dua kelompok generasi tersebut disebut cenderung malas menabung dan punya kebiasaan ‘doom spending.’
Doom spending adalah berbelanja selama impulsive dengan tujuan menenangkan diri. Biasanya ini terkait dengan keinginan menenangkan diri dari perasaan pesimis terhadap masa depan dan kondisi ekonomi.
Dosen senior keuangan di King’s Business School dan mantan bankir, Ylva Baeckstrom menyatakan bahwa “doom spending” adalah hal yang tidak sehat dan fatal. Paparan berita buruk di media sosial dituding sebagai salah satu sebab dua kelompok generasi ini menjadi mudah pesimis.
“Hal ini membuat mereka merasa seperti akan kiamat. Dan mereka kemudian menerjemahkan perasaan buruk tersebut menjadi kebiasaan belanja yang buruk,” kata Baekstrom, dikutip dari CNBC Make It, Kamis (26/9/2024).
Menurut hasil Survei Keamanan Finansial International Your Money CNBC yang dilakukan oleh Survey Monkey, menegaskan asumsi tersebut. Survei ini dilakukan terhadap 4.342 orang dewasa di seluruh dunia.
Dari hasil survei tersebut disampaikan hanya 36,5 persen orang dewasa di dunia yang merasa bahwa mereka lebih baik secara finansial daripada orang tua mereka.
Sementara 42,8 persen lainnya merasa bahwa mereka sebenarnya lebih buruk daripada orang tua mereka. Hasil ini diperoleh dari 4.342 orang dewasa di seluruh dunia.
“Generasi yang tumbuh sekarang adalah generasi pertama yang akan lebih miskin daripada orang tua mereka untuk waktu yang sangat lama. Ada perasaan bahwa Anda mungkin tidak akan pernah bisa mencapai apa yang dicapai orang tua Anda,” ujar Baeckstrom.
Perasaan itu membuat kelompok ini lalu melakukan pengeluaran untuk hal-hal tidak penting dan menciptakan ilusi kendali di dunia yang terasa seperti tidak terkendali, dan akhirnya membuat kelompok ini jadi merasa tak perlu menabung atau punya investasi demi masa depan mereka.
“Padahal, jika Anda menyimpan uang dan menginvestasikannya, Anda mungkin benar-benar bisa membeli rumah,” ujar Baeckstrom.
Salah satu pendiri startup asal Silicon Valley, Daivik Goel (25 tahun) mengaku memiliki kebiasaan boros yang kerap dilakukannya. Ia mengaku senang membeli pakaian mewah, produk teknologi terbaru, hingga berfoya-foya.
Semua perilaku itu berawal dari rasa tidak puas dengan pekerjaan, juga adanya tekanan dari teman sebaya.
“Semua itu berangkat dari perasaan ingin melarikan diri,” kata Goel.
Goel juga mengatakan, di generasinya ada pemikiran bahwa menabung untuk membeli rumah akan memakan waktu yang sangat lama. Jadi, menghabiskan uang untuk barang lain akan menjadi pilihan.
Tapi Goel akhirnya berhasil mengatasi kebiasaan borosnya. Ia mengaku telah menemukan kebahagiaan dalam pekerjaannya.
“Bahagia dengan pekerjaan dapat mengubah pola pikir,” ujarnya.