apakabar.co.id, JAKARTA – Periset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin mengungkapkan genangan air yang terjadi sebagian wilayah di Jakarta dipicu akibat hujan ekstrem yang turun dengan intensitas mencapai 157 milimeter.
“Banjir di Kelapa Gading dan utara Jakarta kemarin membuktikan kapasitas drainase Kota Jakarta sudah tak sanggup menampung 150 milimeter,” ujarnya melalui akun X dikutip di Jakarta, Jumat (29/2).
Pada awal tahun 2020, papar Erma, Jakarta pernah mengalami banjir besar akibat tanggul jebol karena tak mampu menampung hutan ekstrem lebih dari 300 milimeter.
Menurutnya, hujan dengan intensitas 150 milimeter per hari sudah dapat membuat banjir di Jakarta. Itu terjadi hanya karena luapan daerah aliran sungai, belum termasuk adanya kasus tanggul jebol yang menandakan kapasitas drainase menurun.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan banjir merendam setidaknya 38 ruas jalan di Jakarta pada Kamis (29/2). Ketinggian air bervariasi antara 10 sampai 120 sentimeter.
Banjir cepat surut berkat pompa air bergerak dan rumah pompa air yang dimaksimalkan oleh petugas BPBD DKI Jakarta. Rumah Pompa Air Sentiong di Jakarta Utara, misalnya, dioperasikan petugas BPBD untuk mengalirkan air sebanyak 50 ribu liter per detik.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan Jakarta merupkan daerah yang berpotensi masih mengalami dampak intensitas hujan ekstrem. Hal itu kemungkinan akan menyebabkan banjir selama sepekan ke depan, yakni 1-8 Maret 2024.
Hujan ekstrem, papar Guswanto, dipicu oleh beberapa fenomena atmosfer. Salah satunya, aktivitas gelombang Rossby Ekuatorial di selatan Pulau Jawa bagian barat dalam periode tersebut.