apakabar.co.id, JAKARTA – Tangis pecah di ruang tahanan Polda Kaltim saat Misrantoni, sepupu sekaligus sahabat Russell, menatap anaknya dengan mata basah.
Ia bersikeras bukan pembunuh, melainkan tumbal dari konflik yang menyeret nyawa tokoh penolak hauling batu bara di Muara Kate, sebuah dusun di perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
15 November kemarin tepat sembilan bulan, dan sejumlah warga masih merasakan kejanggalan atas pembunuhan Russell, yang versi polisi dilakukan oleh Misrantoni. Keduanya sepupu, sahabat, dan terpenting sesama aktivis penolak angkutan batu bara yang mencaplok jalan negara.
Enam warga Muara Kate, terdiri dari tokoh perempuan, aktivis, relawan posko Batu Kajang, dan anak Misrantoni, Andre, mengunjungi tahanan Polda Kaltim pada Kamis (14/8) kemarin.
Andre bilang ayahnya terenyuh dan sempat meneteskan air mata karena merasa terharu keluarga dan warga datang menjenguk. Dalam beberapa minggu usai ditahan, ia merasa sendiri dan tidak diizinkan menghubungi keluarga.
“Dari keluarga merasa senang karena beberapa minggu ini tidak bisa berkomunikasi dengan Bapak. Juga mengutarakan kekecewaannya pada saat beliau sudah dipindahkan ke Polda Kaltim tidak diberikan izin untuk menghubungi keluarga di rumah,” ujar Andre, Jumat (15/8).
Andre merasa lega melihat kondisi ayahnya yang sudah tidak terlalu tertekan. Ia khawatir Misrantoni dipaksa mengakui perbuatan yang tak dilakukannya. “Jadi waktu kemarin kami ke sana, saat melihat kondisi Bapak alhamdulillah sehat walafiat. Jadi ngerasa lega,” katanya.
Andre berkata kunjungan itu bertujuan menguatkan ayahnya agar tetap tabah. “Kami di luar juga berusaha membuktikan bahwa beliau hanya dijadikan kambing hitam kriminalisasi,” ujar Andre.
Dalam perbincangan itu, Misrantoni menegaskan sedang tidur saat kejadian. “Bapak bilang, ‘Enggak ada, waktu itu saya tidur,’ Kalian jangan termakan hasutan yang dikeluarkan pihak kepolisian,” tutur Andre.
Ia juga menegaskan ayahnya saat itu tidak bermain handphone, sehingga kepolisian menggunakan dalih ketidakaktifan digital sebagai dasar tuduhan.
Sejumlah handphone milik Misrantoni dan saksi disita polisi sebagai barang bukti. Andre turut mempertanyakan hasil penyidikan dari penyitaan tersebut yang tidak disampaikan ke publik maupun keluarga.
Misrantoni telah menjalani empat kali pemanggilan penyidik Polda Kaltim, namun tetap bersikukuh tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan.
“Tapi seperti apa yang diketahui semua masyarakat di Muara Kate, Muara Langon serta Batu Kajang, itu memang sangat meragukan, bahkan sampai saat ini kami masih kecewa dengan keputusan pihak kepolisian,” ungkap Andre.
Polres Paser sempat menyarankan agar sel Misrantoni dipisah namun Polda menolak. Misrantoni khawatir jika kembali ke tahanan Polres Paser akan menghadapi tekanan lebih berat.
Andre menambahkan warga khawatir polisi akan mendesak agar ayahnya mengaku bersalah menjelang berkas dikirim ke pengadilan.
“Kami khawatir kalau misalkan nanti mereka tidak bisa menemukan titik terang dalam proses memasukkan berkas ke pengadilan. Sudahlah biarkan berjalan sesuai apa adanya saja,” ujar Andre.
Warga menekankan agar kepolisian mencari pelaku sesungguhnya dan tidak menutup bukti yang ada. “Jika mereka masih ingin dipercaya masyarakat, seharusnya menjalankan tugas sungguh-sungguh,” tegas warga.
Mereka berharap kasus ini tetap menjadi perhatian publik, bukan sekadar pembunuhan biasa. Kecurigaan muncul karena bukti forensik dari barang bukti yang disita tidak dibuka ke publik.
“Ya kita tahu sendirilah ini ada sangkut pautnya dengan perusahaan. Pihak kepolisian tidak berani membongkar motif karena ingin menghilangkan isu perusahaan,” kata warga.
Andre menegaskan jika ayahnya benar pelaku tentu ada motif dan pendanaan. Namun warga menilai kasus ini dijadikan pengalihan isu, bukan penyelesaian hakiki.
Di akhir, Andre menekankan harapan warga agar kasus tuntas, bukan hanya sampai Misrantoni terbukti tidak bersalah, tetapi juga menghentikan hauling di jalan raya dan mengungkap pembunuh sebenarnya. “Jangan hanya selesai sampai saat bapak saya terbukti tidak bersalah saja. Harus tuntas ke akarnya,” tutupnya.
Terpisah, Kabid Humas Polda Kombes Pol Yulianto hanya merespons singkat ditanya mengenai perkembangan kasus ini. “Belum ada [motif pembunuhannya],” jelasnya, Selasa 12 Agustus.
Kepolisian sebelumnya merilis resmi penetapan tersangka Misrantoni yang diduga terlibat dalam serangan subuh di posko penjagaan warga pada 15 November 2024. Ia dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, subsider Pasal 338 dan Pasal 351 ayat (3) KUHP, terancam hukuman mati.
Barang bukti antara lain: celana, sarung, baju korban berlumuran darah, tujuh handphone saksi, dokumen laporan bulanan RA Café dan penginapan, visum RS Panglima Sebaya, hasil ekshumasi jenazah Russell, dan pakaian tersangka.
Kronologi versi polisi pada pukul 02.00 WITA, Misrantoni pamit pulang ke rumah, tidur di ruang TV. Sekitar 04.00 WITA, ia disebut polisi kembali ke posko dan menyerang Anson, sementara Russell ditemukan kritis.
Misrantoni kembali ke rumah, baru kembali ke posko pukul 04.30 setelah dibangunkan anaknya. Penyidikan, kata Yulianto, masih terus berjalan.
“Motif perkara tindak pidana itu bisa diketahui jika pelakunya ngomong. Ngomong kenapa dia melakukan pidana tersebut. Sepanjang dia tidak ngomong ya kita gak tahu motifnya,” kata Yulianto.
Selain itu, desakan agar polisi memeriksa Agustinus Luki alias Pajaji kian menguat. Bersama Bonar, namanya tercatat di dokumen Kompolnas. Pajaji disebut tokoh adat Dayak sekaligus penanggung jawab kegiatan hauling PT Mantimin Coal Mining (MCM). Sedangkan Bonar anggota Pemuda Pancasila yang membantu jalannya hauling.
Hauling truk batu bara meresahkan warga sejak akhir 2023. Blokade jalan digelar, namun truk pelat DA dari Kalsel tetap menerobos. Teror menimpa warga. Pertengahan 2024, Teddy tewas tertabrak truk, Veronika tewas tergilas truk. Puncak tragedi: 15 November 2024, posko warga diserang. Russell tewas, Anson selamat.
Beberapa bulan kemudian, kepolisian menetapkan Misrantoni sebagai tersangka. Warga terkejut. Rumahnya hanya 200 meter dari TKP, ia sedang tidur saat kejadian. Soal baju bernoda darah? Itu darah Russell saat dibantu mengevakuasi dan menjahit lukanya.
Kecurigaan warga menguat. Pajaji membawa dua saksi kunci ke Balikpapan, bukan ke posko. Mereka diajak ke indekos, showroom, hingga kantor ormas.
Dari sana diketahui Pajaji menerima Rp500 juta. Makam Russell dibongkar polisi, rumah Misrantoni digeledah tanpa pemberitahuan ke keluarga.
Kesaksian saksi juga dipertanyakan. Anson diduga tak lagi netral, dekat dengan aparat. Warga menuntut Mabes Polri turun tangan. Semua pihak, termasuk Pajaji dan Bonar, harus diperiksa terbuka. Media ini telah mencoba menghubungi Kompolnas, PT MCM, dan pihak terkait, namun belum ada respons.
Teranyar, dua warga yang media ini wawancarai menyebut bahwa selama pemeriksaan, juga ada dugaan pelanggaran kode etik: beberapa saksi disuguhkan minuman keras, ditawarkan wanita, atau uang.
“Saya sendiri pernah ditawari minuman. Kalau yang ditawari sejumlah uang juga pernah, dan Polres memberi uang sebagai ongkos pulang,” jelasnya.
Soal tudingan ini, media ini sudah berulang kali menghubungi Kapolres Paser AKBP Novy Adhiwibowo. Tak ada respons.