apakabar.co.id, JAKARTA – Kisah rumah tangga yang baru seumur jagung di Desa Paramasan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, berakhir tragis dan berdarah.
Seorang perempuan berinisial FT (28) nekat membunuh suaminya secara brutal bersama kakaknya sendiri, PP (34), di tengah hutan pada Rabu (16/7/2025) sore. Korban dipenggal dan kepalanya dibuang sejauh tujuh meter dari tubuhnya.
Peristiwa tragis itu terjadi pada Rabu, 16 Juli 2025, sekitar pukul 15.00 WITA, ketika pasangan suami istri tersebut bersama anak mereka dan sejumlah anggota rombongan berjalan menuju lokasi pendulangan emas di kawasan hutan.
Di tengah perjalanan, cekcok terjadi. Korban diduga cemburu terhadap saudara ipar sekaligus rekan kerja istrinya.
“Di tengah perjalanan, terjadi cekcok antara korban dan istrinya. Diduga korban diliputi rasa cemburu terhadap rekan kerja sekaligus saudara ipar dari istrinya,” ujar Kasat Reskrim Polres Banjar, AKP Bara Pratama.
Pertengkaran memuncak. Korban disebut sempat memukul FT hingga terjatuh. Merasa terancam, FT bangkit dan membacok wajah suaminya dengan parang.
PP, sang kakak yang berada tak jauh dari lokasi, ikut tersulut emosi. Ia mencabut parang dan belati, lalu menyerang korban bertubi-tubi hingga tersungkur.
“FT kembali membacok bagian lengan kiri korban hingga putus, sedangkan P menggorok leher korban sampai terputus. Kepala korban bahkan dibuang sejauh tujuh meter dari tubuhnya,” lanjut AKP Bara.
Kedua pelaku mengaku nekat melakukan pembunuhan itu karena khawatir korban akan “hidup kembali”.
Kepala Desa Paramasan Atas, Ihsan, mengatakan, FT adalah warga asli desa tersebut. Sedang korban adalah pendatang dan baru menikah dengan FT sekitar satu bulan.
“Dia (terduga pelaku) asli warga sini. Kalau korban kami kurang tahu karena baru sekitar satu bulan menikah,” ujar Ihsan, Senin (21/7).
Menurut Ihsan, jasad korban ditemukan tak lama setelah insiden. Saat itu, FT datang ke lokasi pendulangan emas dalam kondisi berlumuran darah sambil membawa anaknya yang terlihat lemas.
Keluarga awalnya menduga FT menjadi korban KDRT dan mencoba mencari keberadaan suaminya. FT bahkan sempat meminta agar barang-barangnya diambil dari rumah.
“Terus terduga pelaku ini minta tolong supaya tas dan sendalnya diambilkan di lokasi kejadian,” kata Ihsan.
Namun sesampainya di lokasi, keluarga justru menemukan korban dalam kondisi mengenaskan dan anpa kepala. Mereka langsung melaporkan temuan itu ke polisi. Tak lama setelah penyelidikan dimulai, FT menyerahkan diri.
“Kasusnya sudah ditangani kepolisian, korban juga sudah dievakuasi oleh kepolisian, sedangkan untuk pelaku menyerahkan diri,” imbuhnya.
Pasangan ini diketahui kerap memamerkan kemesraan di media sosial. Namun di balik itu, hubungan mereka penuh konflik dan kekerasan.
Kapolres Banjar, AKBP Dr. Fadli, dalam konferensi pers di Aula SAR Mapolres Banjar, menyebut pembunuhan ini dipicu kecemburuan, sakit hati, dan kekerasan terhadap anak. Dalam pertengkaran itu, korban juga sempat melempar anak mereka ke sungai.
“Motifnya cemburu dan sakit hati,” ujar Fadli, yang didampingi Wakapolres Kompol Faisal Amri Nasution, Kasat Reskrim AKP Bara Pratama, Kasi Humas AKP Suwarji, dan Kapolsek Sungai Pinang Iptu Syahbana.
Fadli menambahkan, lokasi kejadian berada di daerah terpencil dan memerlukan waktu tempuh sekitar enam hingga tujuh jam dari Mapolres Banjar.
Meski begitu, tim gabungan dari Satreskrim, Satintel, Polsek Sungai Pinang, Resmob Banjar, dan Resmob Polda Kalsel berhasil menangkap kedua pelaku tanpa perlawanan.
Jenazah korban dievakuasi ke RSUD Ratu Zalecha untuk proses visum dan identifikasi. FT dan PP kini ditahan dan terancam dijerat Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, juncto Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan yang menyebabkan kematian.