LINGKUNGAN HIDUP

Perangi Mikroplastik, Menteri Hanif Minta Pemda Segera 'Capping' TPA

Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq (kiri) memberikan keterangan dalam kunjungan peninjauan ke TPA Jatiwaringin, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (24/10/2025). Foto: KLH
Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq (kiri) memberikan keterangan dalam kunjungan peninjauan ke TPA Jatiwaringin, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (24/10/2025). Foto: KLH
apakabar.co.id, JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq meminta pengelola Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Jabodetabek segera melakukan capping atau menutup sampah agar tidak mencemari lingkungan sekitar, termasuk menyebarkan mikroplastik.

"Saya akan memberikan waktu kepada semua pengelola TPA di Jabodetabek untuk segera memenuhi arahan dari Menteri, segera melakukan capping terhadap open dumping-nya," katanya saat meninjau TPA Jatiwaringin, Kabupaten Tangerang, Jumat (24/10).

Dalam kesempatan tersebut, Hanif menyampaikan apresiasi kepada pemerintah daerah (pemda) setempat yang sudah melakukan capping tumpukan sampah di TPA open dumping yang menjadi salah satu lokasi sanksi oleh KLH.
Hanif menerangkan langkah tersebut perlu dilakukan untuk menekan mikroplastik yang menyebar ke lingkungan yang pada akhirnya berakhir ke tubuh manusia. Beragam masalah kesehatan akibat mikroplastik pun turut mengintai kesehatan manusia.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), jumlah sampah plastik menempati posisi kedua sebesar 19,52 persen dari total timbulan sampah nasional 34,9 juta ton yang dilaporkan pada 2024.

Selain itu, kata Hanif, sembari menunggu proses penyelesaian TPA open dumping yang terjadi di sejumlah wilayah, langkah capping dapat dilakukan.

Capping bertujuan menghindari air hujan masuk ke sampah tercampur, sehingga menghasilkan lindi yang mencemari lingkungan, mencegah sampah berhamburan akibat tertiup angin, serta mengontrol pelepasan gas metana dari tumpukan sampah.

"Ini mikroplastiknya kalau tidak diginiin, akan jatuh ke air, larut sampai ke tempat kita. Kalau tidak seperti itu dia akan ke udara atau ke tanah dan semua bisa terjadi ke kita. Jadi kita harus cegah sebisanya," jelasnya.
Mikroplastik timbul dari proses degradasi tidak sempurna dari sampah plastik, selain juga berasal dari serat yang tergerus dari berbagai bahan seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan.

Mikroplastik dapat tersebar melalui berbagai media mulai dari air sampai dengan udara. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova bahkan baru-baru ini bahkan menjelaskan bahwa kandungan mikroplastik sudah ditemukan di dalam air hujan di wilayah Jakarta.

Fenomena itu terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan, yang dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.