NEWS
Kalimantan Diguncang Gempa Lagi, Susulan Kedelapan di Tarakan
apakabar.co.id, TARAKAN - Kota Tarakan, Kalimantan Utara, kembali diguncang gempa bumi tektonik berkekuatan Magnitudo 4,4 pada Sabtu (8/11) pukul 15.56 WIB. Hasil analisis BMKG menunjukkan episenter gempa berada di laut, sekitar 9 kilometer tenggara Tarakan pada kedalaman 10 kilometer.
“Gempa ini merupakan jenis dangkal akibat aktivitas Sesar Tarakan,” kata Kepala Stasiun Geofisika Balikpapan, Rasmid.
Guncangan dirasakan kuat di Tarakan dengan intensitas IV–V MMI, menyebabkan sejumlah barang pecah dan warga panik. Di Tanjung Selor dan Tana Tidung, intensitas gempa tercatat III–IV MMI, sedangkan di Tanjung Redep dan Nunukan II–III MMI. Hingga kini belum ada laporan kerusakan.
BMKG mencatat gempa tersebut merupakan susulan kedelapan dari gempa utama berkekuatan M4,8 yang terjadi pada 5 November 2025.
Kepada warga, BMKG mengimbau tetap tenang dan menjauhi bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. “Pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa sebelum kembali masuk rumah,” kata Rasmid.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyebut Tarakan sebagai wilayah dengan aktivitas kegempaan paling tinggi di Pulau Kalimantan.
“Kalimantan bukan wilayah bebas gempa. Potensi gempa merusak tetap ada, meskipun aktivitas seismiknya lebih rendah dibanding Sumatera, Jawa, atau Sulawesi. Berdasarkan data historis, Tarakan menjadi daerah paling aktif gempa di Kalimantan,” ujarnya di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan katalog gempa BMKG, Tarakan pernah mengalami guncangan besar pada 1923, 1925, 1936, 2015, dan 2025, dengan magnitudo antara 4,8 hingga 7,0. Beberapa peristiwa tersebut menimbulkan kerusakan bangunan dan rekahan tanah di wilayah pesisir.
Wilayah lain di Kalimantan juga pernah diguncang gempa signifikan, antara lain Sangkulirang (1921) yang disertai tsunami, Pulau Laut (2008), dan Banjar (2024) akibat aktivitas Sesar Meratus.
“Gempa Tarakan 5 November 2025 hanya M4,8 tapi menimbulkan kerusakan nyata. Ini menunjukkan bahwa gempa dangkal dekat permukiman sangat berpotensi merusak,” kata Daryono.
Ia menambahkan, aktivitas sesar aktif seperti Sesar Tarakan, Maratua, dan Meratus kini menjadi fokus pemantauan BMKG. Lembaga itu juga memperkuat jejaring seismik di Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur, mendukung mitigasi bencana serta pembangunan di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Rangkaian gempa sejak 1923 menjadi catatan penting bagi mitigasi. Kualitas bangunan menentukan besar kecilnya dampak. Edukasi publik dan budaya sadar bencana adalah kuncinya,” ujar Daryono.
Editor:
BETHRIQ KINDY ARRAZY
BETHRIQ KINDY ARRAZY


