Tragedi Muara Kate: Truk Hilang, Trauma Muncul, Siapa di Balik MCM?

Truk batu bara mulai menghilang. Nyawa pemangku adat Russell melayang. Trauma masih membekas di benak warga dan anak.

Solidaritas warga dari penjuru Kalimantan terus mengalir untuk keluarga korban mendiang pemangku adat Russell. Foto: Mei Christy untuk apakabar.co.id

apakabar.co.id, JAKARTA – Esok, sepekan sudah tragedi penyerangan di posko warga penolak hauling, Muara Kate, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Rasa waswas terus membayangi warga sekitar.

Apalagi penyerangan tersebut menewaskan pemangku adat mereka, Russel (60). Korban lainnya, Anson (55) masih dirawat intensif. Sama seperti Russel, Anson juga mendapatkan luka tikaman di leher oleh orang tak dikenal pada malam itu.

Rumah sakit Paser telah melakukan operasi besar pada Anson. Sampai hari ini, pria paruh baya itu masih belum bisa berbicara.

“Situasi kondusif. Tidak ada lagi truk batu bara yang lewat,” jelas warga setempat, Warta Linus kepada apakabar.co.id, Kamis (21/11).

“Hanya saja warga masih was-was terhadap teror yang mungkin saja masih bisa datang,” sambung pemuda satu ini.

Setelah insiden terjadi, bahkan beberapa anak-anak terpaksa tidak masuk sekolah. Sekolah terdekat sampai PAUD meliburkan mereka.

“Karena kuatir sempat diliburkan. Takut konflik meluas,” jelasnya.

Tapi meluasnya konflik yang dikuatirkan warga tidak terjadi. Tak lepas juga dari sikap warga dan keluarga korban yang bisa menahan diri.

Sarah pe aparat ka gin meto se ngulah pulah [serahkan ke aparat saja untuk mencari pelakunya]” begitu petuah tetua adat di sana menggunakan bahasa Dayak Deah, seperti ditirukan Linus.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kabarin Lah! (@kabarinlahh)

Tak mudah untuk menghilangkan ingatan. Kata dia, sebaiknya warga segera mendapat trauma healing. Meski ia menyadari lokasi Muara Kate terbilang jauh dari daerah perkotaan.

“Warga maunya begitu,” kata Linus.

Selebihnya, ia berharap ada pos keamanan permanen di Muara Kate. Agar polisi lebih dapat bergerak cepat.

“Supaya polisi tidak terlambat datang. Ini bagian dari upaya mendatangkan rasa nyaman dan mengurangi trauma warga,” pungkas Linus.

Mei Christy, tokoh adat perempuan yang kerap mendampingi warga juga mengamini pernyataan Linus. “Curhatan warga, mereka masih trauma sekali atas kejadian itu,” sambung Mei.

Simpati masih terus mengalir. Bahkan dari penjuru luar Kaltim dan Kalsel. Mereka datang untuk bersolidaritas atas kematian tetuah Russel. Teranyar, Rp23 juta donasi terkumpul dari warga di Batu Kajang untuk keluarga korban.

Raksasa Tambang

Insiden penyerangan di posko warga Muara Kate diduga berkelindan erat dengan aksi protes mereka ke angkutan truk batu bara.

Sudah sejak akhir 2023, warga se-Paser resah atas kemunculan truk-truk pengangkut batu bara yang menggunakan jalanan umum. Aksi blokade pernah dilakukan. Tak mempan.

Warga di Muara Kate, perbatasan Kaltim, pun terpaksa mendirikan posko guna menghalau truk-truk batu bara yang melintas dari Kalsel.

Mereka memilih nekat. Apalagi kemunculan truk-truk ini telah merenggut korban jiwa seorang pendeta. Oktober 2024, pendeta Veronika tewas akibat terlindas truk pengangkut emas hitam.

Warga berharap polisi segera mengungkap pelaku pembunuhan Russel. Dari sanalah, bisa diketahui benar tidaknya ada keterlibatan perusahaan tambang.

“Polisi harus profesional menangani kasus ini. Termasuk melindungi keamanan para saksi,” kata Mei.

Raksasa Tambang

Lebih setahun terakhir, truk-truk berpelat DA – kode nomor polisi Kalimantan Selatan – mengangkut emas hitam melewati jalan negara di Kalimantan Timur.

Truk-truk ini umumnya menuju dermaga di Rangan, sebuah desa di semenanjung Paser. Di sana sudah menunggu kapal-kapal yang bakal mengangkut batu bara ke pembeli.

Dugaan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), organisasi yang konsern terhadap masalah tambang, tragedi ini bermuara ke PT Mantimin Coal Mining (MCM).

MCM adalah raksasa pertambangan pemegang izin khusus PKP2B. Konsesinya mencakup 3 ribu hektare lahan di dua kabupaten Kalsel sekaligus, yakni Tabalong dan Balangan.

MCM memiliki kantor di Tabalong, kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah Paser. Tepatnnya di wilayah Upau.

Mereka terindikasi kuat tidak punya jalan hauling sendiri. Melewati jalan umum menjadi pilihan. Kecuali membelah hutan Kalsel dan mendapatkan izin pinjam pakai kawasan hutan di Kaltim untuk membuat jalan tambang.

“Ke Kaltim juga lebih dekat daripada harus ke Banjarmasin,” ujar seorang warga Upau yang rumahnya hanya berjarak 30 menit dari kantor MCM.

PT MCM juga terdaftar beralamat di apartemen City Loft, Jakarta Pusat. apakabar.co.id sudah mendatangi, namun apartemen itu kosong. Belasan kontak yang terhubung dengan MCM umumnya juga tak merespons. Sebagian yang merespons mengaku sudah tak lagi bekerja di MCM.

Siapa pemiliknya? Sampai saat ini belum terkonfimasi pasti. Tapi, setelah terendus bakal menambang Pegunungan Meratus di Kabupaten HST 2017 silam, MCM santer dikabarkan terafilisasi dengan Hasnur Group, sebuah konglomerasi bisnis tambang yang didirikan mendiang Sulaiman HB.

Itu juga dikonfirmasi dari data Kementerian ESDM via modi.esdm.go.id. Tercatat, PT Hasnur Jaya Tambang memegang lima persen saham MCM. 95 persen sisanya adalah PT Bangun Asia Persada yang mayoritas direksinya adalah warga negara India.

Namun, seorang sumber terpercaya media ini, memastikan Hasnur tak lagi memiliki saham di MCM.

“Sudah tidak lagi dimiliki [Hasnur]. Sudah lama dijual [sahamnya],” jelasnya.

Sebenarnya tak hanya PT MCM yang ada di perbatasan Kaltim. Namun aktivitas yang berkaitan dengan MCM di Paser telah dikonfirmasi oleh Pjs Bupati Paser, Syirajudin.

Sejak Oktober 2024, sudah ada kebijakan dari pemerintah daerah untuk menyetop lalu lalang truk batu bara di jalanan umum. Namun MCM memohon agar kembali diizinkan beraktivitas. Lampu hijau kemudian diberikan pemerintah. Asal, PT MCM melakukan pendekatan sosialisasi masyarakat.

Namun itu nyatanya tak cukup. Tragedi penyerangan di Muara Kate kadung terjadi tepat pada Jumat 15 November. Russell tewas dan Anson sekarat karena penyerangan misterius di posko warga penolak jalan hauling.

Mengapa nyaris sepekan, polisi belum juga berhasil menangkap pelaku?

Media ini sudah menyodorkan pertanyaan demikian ke Kapolda Kaltim, Irjen Pol Nanang Avianto. Tak ada respons sejak kemarin lusa. Pun sampai pagi ini. Kali terakhir, Nanang hanya memastikan seluruh kekuatan teknologi yang dimiliki Polda sudah dikerahkan ke Paser.

“Sejak awal Polda sudah mem-backup,” kata Nanang, Minggu pekan kemarin.

Polisi belum juga mengetahui apakah motif penyerangan berkaitan dengan hauling apa tidak. Kapolres Paser, AKBP Novy mengatakan para saksi juga tidak mengetahui identitas pelaku.

“Saat kejadian korban dan saksi sedang tertidur,” jelas Novy, 18 November 2024. Informasi dihimpun, sampai saat ini sudah 11 saksi diperiksa polisi.

Dimintai pendapatnya, Pakar hukum, Herdiansyah Hamzah melihat polisi harus bekerja lebih serius. “Kalau tidak kunjung tertangkap, polisi aja itu yang tidak serius. Semua peralatan mereka punya,” jelas Castro, sapaan karibnya, baru tadi.

Tak ada alasan polisi tak dapat mengungkap kasus ini. Apalagi muara masalah ini sudah jelas; diduga erat berkaitan dengan aktivitas perusahaan tambang. Artinya, kata Castro, pihak yang punya motif juga jelas.

“Jangan sampai kepolisian yang masuk angin,” sambung dosen hukum satu ini.

Castro tak heran jika publik beranggapan polisi bekerja lamban. Apalagi jika teringat skandal Ismail Bolong. Kasus penambangan gelap oleh mantan polisi Samarinda itu kini bak hilang ditelan bumi. Padahal Mabes Polri sudah turun tangan dan menangkap Bolong pada 2022 silam.

“Kalau tidak kan, sudah beres semua masalah tambang ilegal di Kaltim ini,” pungkas Castro.

Problem CCTV

Pertanyaan serupa juga media ini layangkan ke Indonesia Police Watch (IPW). Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso melihat ada sederet kunci pengungkapan tragedi ini. Dari olah TKP, alat bukti yang ditemukan, hingga keterangan saksi-saksi.

“Penyelidikan polisi tidak bisa berangkat dari asumsi,” jelasnya dihubungi terpisah.

Keberadaan CCTV juga menjadi alat bukti yang penting. Namun ini yang menjadi problem tersendiri jika tak ada kamera pengawas di dusun Muara Kate. “Ini penting,” sambung Sugeng.

Mengenai dugaan keterlibatan perusahaan tambang, menurut Sugeng, aktor lapangan jadi kunci. “Ini yang harus ditangkap dulu. baru ke aktor intelektualnya,” jelas Sugeng.

Penyelidikan ke depan jangan sampai hanya berhenti di aktor lapangan. Sebab, umumnya mereka hanyalah orang yang diperintah.

“Siapa pihak yang paling berkepentingan untuk membunuh warga?” jelas Sugeng.

Maka, polisi harus profesional dan setransparan mungkin untuk menjawab keraguan publik. Sementara ini, menurutnya, sudah tepat kapolda mengerahkan seluruh kekuatan teknologi ke Paser.

Penyitaan alat alat komunikasi, forensik audit kepada saksi-saksi juga tak kalah penting. “Apakah ada ancaman dari pihak-pihak tertentu sebelum peristiwa ini, juga penting,” sambung Sugeng.

Selebihnya bergantung kepada kemampuan para penyidik siber. Khususnya dalam, mendeteksi keberadaan tiap-tiap pihak yang dicurigai.

“Pendekatan penyidikan ini sebaiknya scientific investigation [penyelidikan ilmiah]. Sejak mulai dari TKP, sejak dari korbannya,” ujarnya.

230 kali dilihat, 261 kunjungan hari ini
Editor: Fariz Fadillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *