apakabar.co.id, JAKARTA – Menyeruak dugaan eksekutor tragedi pembunuhan warga penolak hauling di Muara Kate, Paser, Kalimantan Timur, adalah orang terlatih.
15 November 2024, Russell (60) tetua adat Dayak Deah dihabisi oleh orang tak dikenal warga yang sampai hari ini masih buron.
Memang pelakunya masih misterius, tapi penyerangan di pagi buta itu ada hubungannya dengan aksi warga menolak jalan negara dijadikan lintasan batu bara.
Analis kepolisian Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto melihat polisi tak boleh pandang bulu. Bahkan sekalipun pelakunya adalah aparat.
“Dugaan bisa ke mana-mana. Yang pasti, kepolisian harus mengejar pelakunya dengan melakukan investigasi. Bila ada tembakan, ada jejak balistik, melalui uji forensik di TKP biasanya bisa muncul bukti-bukti petunjuk,” jelas Rukminto dihubungi apakabar.co.id, Minggu (29/12).
Memang, catatan ISESS, setiap perkara tak mudah diungkap kepolisian bila melibatkan oknum aparat sebagai pelakunya.
Lihat saja bagaimana peliknya mengungkap kasus Brigadir Joshua karena pembunuhnya ternyata adalah Inspektur Jenderal Ferdy Sambo.
Tak kalah trending, perkara penembakan siswa SMK di Semarang. Begitu banyak hambatan penyelidikan pembunuhan Gamma Rizkynata (17) mengingat penembaknya ialah Ajun Inspektur Polisi Dua, Robig.
Bak jeruk makan jeruk, katanya, masih ada keengganan aparat menyidik suatu perkara bila pelakunya adalah anggota sendiri.
“Kasus Sambo atau penembakan pelajar di Semarang adalah beberapa contohnya, keengganan ini yang menjadi problem terbesar,” jelasnya.
@kabarinlah #CapCut SOLIDARITAS terus mengalir. Mereka salut atas perjuangan warga Muara Kate. Mereka yang spontan menyumbang juga merasa aman karena jalan nasional Katim-Kalsel tak lagi dijadikan hauling atau lintasan truk truk batu bara. Gimana menurut kelen?
Namun Rukminto tetap yakin. Jika profesional, polisi akan mampu menemukan titik terang. “Tidak sulit. Bila ada koordinasi yang bagus antar-aparat penegak hukum termasuk TNI, misalnya,” jelasnya.
Masyarakat harus percaya. Tak ada satupun lembaga hukum baik Polri, Kejaksaan apalagi TNI yang akan menolerir ulah anggotanya jika terlibat pembunuhan.
“Pada dasarnya tidak ada yang toleran karena ini akan merusak citra institusinya,” jelasnya.
Sebagai pengingat, Russel dihabisi pada 15 November atau tepat sebulan setelah meluasnya gerakan warga menolak hauling di atas jalan nasional.
Tak hanya Russel, penyerangan pada pagi buta itu juga membuat seorang warga lainnya, Anson (55) kritis. Tak ada harta benda warga yang hilang. Pelaku pembunuhan yang diduga lebih dari satu orang ini juga minim meninggalkan jejak.
Russel adalah tetua adat Dayak Deah setempat. Ia menjadi sasaran setelah menjadi motor aksi penggerak warga mengecam lalu lalang truk batu bara.
Perda Nomor 10 Tahun 2012 yang sudah melarang truk batu bara menggunakan jalan raya nyatanya tak mempan. Posko pun didirikan warga Muara Kate di perbatasan guna menghalau setiap truk dari Kalimantan Selatan.
Warga geram usai pendeta Veronika tewas tertimpa truk batu bara yang tak kuat menanjak, akhir Oktober. September sebelumnya, Teddy seorang ustaz muda yang baru saja menikah juga tewas diduga ditabrak lari truk pengangkut emas hitam.
Saat beraksi warga menduga para pembunuh Russell sudah begitu mengenal medan beserta target sasaran. Tak banyak yang bisa dilakukan polisi. Kabarnya tak ada yang bisa dilacak karena tak satupun pelaku membawa telepon genggam.
“Pelaku juga sudah tahu kapan warga lengah dan waktu penjagaan mulai melonggar,” kata juru bicara warga, Warta Linus.
Para pelaku ini menggunakan masker dan menumpangi mobil. Mereka berhasil melukai Russel dan Anson yang sedang terlelap menggunakan senjata tajam.
Russel mengalami luka tusuk di leher selebar 15×8 cm. Ia tewas saat hendak dievakuasi menuju puskesmas yang berjarak 12 kilometer.
Soal adanya dugaan bahwa eksekutor pembunuhan Russel adalah orang terlatih, media ini sudah menghubungi Kapolda Kaltim Irjen Pol Nanang Avianto. Belum ada respons.
Kali terakhir, Nanang hanya mengatakan kendala terbesar adalah minimnya petunjuk. Tak ada CCTV di lokasi kejadian.
“Anggota kami masih terus bekerja di lapangan, Jumat 20 Desember tadi.
Sebulan berlalu, warga terus menanti titik terang. Mereka sudah mendengar minimnya petunjuk jadi kendala kepolisian. Namun begitu mereka berharap polisi bisa lebih transparan.
Dua pekan lalu, misalnya, polisi datang, Mereka melaporkan perkembangan hasil penyelidikan.
“Bahwa penyelidikan masih terus dilakukan. Tapi, kami keluarga tidak pernah menerima laporan tertulis (SP2HP),” kata Warta Linus.
Senada, Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeh Teguh Santoso menduga eksekutor adalah pembunuh bayaran.
“Penikaman di leher ini adalah upaya membunuh,” jelas Sugeng dihubungi apakabar.co.id, Senin (30/12).
IPW pun meminta perhatian lebih dari Kapolri Listyo Sigit dan Kapolda Kaltim, Nanang Avianto.
“Pembunuhan berencana tetua adat ini harus diungkap dan pelakunya diseret ke pengadilan,” kata Sugeng.
Anson korban kedua akhirnya bisa selamat setelah melewati masa kritis. IPW mendesak LPSK segera turun tangan.
“Segera lindungi saksi kunci,” pungkasnya.