News  

Menpora Dito Buka Suara Usai Didemo di Depan Kemenpora

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Dito Ariotedjo.

apakabar.co.id, JAKARTA – Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Dito Ariotedjo, menyampaikan penyesalannya atas insiden kericuhan yang terjadi dalam aksi unjuk rasa di depan Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin (21/6) lalu.

Dalam demonstrasi yang diklaim dilakukan oleh sekelompok mahasiswa itu, dua anggota polisi mengalami luka akibat lemparan ban terbakar.

Menpora Dito menegaskan bahwa menyampaikan aspirasi adalah hak setiap warga negara, terutama kalangan muda, namun tindakan anarkis tak bisa dibenarkan dalam bentuk apa pun.

“Kami sangat menyayangkan tindakan anarkis dari oknum dalam aksi itu. Berdasarkan laporan, hanya sekitar lima orang yang memicu kerusuhan dan melukai dua polisi yang sedang bertugas,” ujar Dito di Lobby Kantor Kemenpora, Kamis (26/6) malam.

Aksi tersebut mendesak pemeriksaan terhadap Menpora Dito Ariotedjo terkait dugaan keterlibatan kasus korupsi BTS Kominfo.

Namun berubah menjadi kekerasan tanpa sebab yang jelas. Polisi yang berjaga dilempari ban menyala hingga menderita luka bakar.

“Sangat disesalkan. Dua polisi menjadi korban karena dilempar ban berapi. Ini bukan semangat demokrasi yang kita inginkan,” tambahnya.

Menpora menyatakan bahwa hingga kini, Kemenpora belum menerima pemberitahuan resmi dari kelompok yang menggelar aksi tersebut. Identitas dan agenda demonstrasi tidak diketahui dengan jelas.

“Tidak ada surat resmi atau pemberitahuan. Itu yang kami sesalkan. Aspirasi yang sehat harus transparan dan terbuka. Ini malah muncul tiba-tiba lalu berujung ricuh,” kata Dito.

Meski demikian, Menpora Dito tetap menyatakan komitmennya untuk mendengar suara generasi muda.

Ia menegaskan bahwa kementeriannya selalu terbuka bagi dialog, namun menekankan pentingnya penyampaian pendapat yang damai dan bertanggung jawab.

“Kami di Kemenpora mendukung semangat muda dalam menyampaikan aspirasi. Tapi aksi damai adalah prinsip. Jangan sampai malah merugikan pihak lain, apalagi aparat yang hanya menjalankan tugas,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan empati kepada aparat yang terluka dan mengaku heran mengapa bisa terjadi penyerangan mendadak terhadap petugas.

“Saya pribadi prihatin dan kasihan terhadap polisi yang menjadi korban. Mereka tidak bersenjata, tidak memprovokasi, tapi justru jadi sasaran kekerasan. Ini perlu ditelusuri,” katanya.

Dito juga menambahkan bahwa pihaknya siap berkoordinasi dengan kepolisian dan kementerian lain jika diperlukan untuk mencegah insiden serupa. Ia berharap peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, terutama pemuda.

“Kita harus jaga ruang demokrasi tetap sehat dan damai. Kritik dan aspirasi silahkan disampaikan, tapi jangan sampai melanggar hukum atau membahayakan orang lain,” tutupnya.

 

8 kali dilihat, 8 kunjungan hari ini
Editor: Raikhul Amar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *