SPORT
Kluivert Dipecat, Pengamat: PSSI Jangan Asal Pilih Pelatih!

apakabar.co.id, JAKARTA — Pengamat sepak bola nasional, Kesit B. Handoyo, menilai pemilihan pelatih baru Timnas Indonesia pasca pemecatan Patrick Kluivert harus dilakukan dengan sangat selektif. Ia mengingatkan PSSI agar tidak terburu-buru menunjuk nama tanpa perencanaan jangka panjang yang matang.
“Siapa pun pelatihnya nanti, yang paling penting adalah PSSI punya roadmap yang jelas. Mau dibawa ke mana timnas ini dalam empat tahun ke depan? Itu harus jadi pegangan sebelum menunjuk pelatih baru,” ujar Kesit, Kamis (16/10).
Menurut Kesit, sejumlah nama sudah mulai muncul dalam bursa calon pelatih Timnas Indonesia. Mereka antara lain Jesus Casas, mantan pelatih tim nasional Irak yang sukses membawa negaranya tampil impresif di Piala Asia 2023, kemudian Erik ten Hag yang saat ini melatih Manchester United, pelatih asal Portugal Bernardo Tavares, serta pelatih Belanda Alex Pastor.
Namun, sejauh ini semua nama tersebut masih sebatas wacana dan belum ada keputusan resmi dari PSSI. “Nama-nama itu memang mulai ramai dibicarakan, tapi belum ada yang konkret. Kita harus lihat apakah PSSI benar-benar serius atau hanya ikut arus opini publik,” jelasnya.
Kesit menekankan, pelatih yang akan datang harus memiliki rekam jejak dan pengalaman internasional yang kuat. Hal ini penting karena komposisi pemain timnas saat ini sebagian besar berasal dari diaspora Eropa, sehingga pendekatan taktik dan manajemen tim juga harus sejalan.
“Kalau melihat kondisi tim saat ini, dengan 90 persen pemain diaspora yang lahir dan besar di Belanda, idealnya pelatih juga dari Belanda dan punya CV mentereng. Tapi jangan seperti Kluivert kemarin yang pengalaman kepelatihannya masih minim,” tegasnya.
Selain kualitas pelatih, Kesit menyoroti pentingnya arah pembinaan timnas yang konsisten. Ia berharap PSSI tidak hanya fokus pada target jangka pendek seperti AFF, tetapi juga membangun fondasi untuk Piala Asia dan Kualifikasi Piala Dunia berikutnya.
“Kalau roadmap-nya jelas, pelatih pun bisa bekerja dengan target terukur. Misalnya tahun pertama fokus juara AFF, lalu lolos babak gugur Piala Asia, dan empat tahun kemudian baru bicara kualifikasi Piala Dunia. Itu baru namanya pembangunan,” ujarnya.
Menurut Kesit, momen pergantian pelatih ini menjadi titik penting bagi sepak bola Indonesia. Jika PSSI kembali salah memilih, maka pembangunan yang sudah dirintis bisa kembali stagnan.
“Jangan sampai kita mengulang kesalahan yang sama. Ini momentum emas untuk membenahi arah timnas secara menyeluruh,” pungkasnya.

Editor:
RAIKHUL AMAR
RAIKHUL AMAR